My Education

Senin, 16 Januari 2012

pendidikan agama islam

Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam
Serta
Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan




Disusun Oleh:
KELOMPOK 13

1. Maiki Sri Rahayu
2. Padli
3. Yorga

MI 8_Semester 1
Dosen Pembimbing:
Martnus, I.Ma

AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIK DEPATI PARBO
Tahun Akademik 2011/2012











KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, penuls dapat menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama islam yang berjudul “Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam serta Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan” ini secara sistematis.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu penuntun mahasiswa/i dalam mempelajari lebih dalam tentang akal dan wahyu, serta IP dalam islam. Selain dari itu, makalah ini juga disusun sebagai pemenuhan tugas dalam matakuliah pendidikan agama islam.
Dalam makalah ini disajikan tentang kedudukan akal dan wahyu, kewajiban menuntut ilmu, serta dengan beberapa firman Allah swt. yang berhubungan dengan pembahasan tersebut. Untuk itu penulis mengharapkan kepada seluruh para pembaca agar mampu memahami secara mendalam isi-isi pokok pembahasan makalah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar derajat kehidupan kita tinggi di sisi Allah swt.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Akhir kata, semoga penyusunan makalah ini memberi manfaat lebih baik bagi kita semua. Amin yaa robbil ‘alamin.


Sungai Penuh,01 Januari 2012
Penulis,

Kelompok 13






KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU
DALAM ISLAM

1. Memahami Fungsi Otak

Otak adalah salah satu organ terpenting makhluk hidup yang menandai tinggi rendahnya tingkat kehidupan manusia. Ukuran otak manusia purba dengan manusia modern sangat berbeda. Kapasitas tengkorak manusia purba sepertiga dari yang dimiliki manusia masa sekarang. Sedangkan otak manusia modern merupakan hasil sebuah perkembangan selama jutaan tahun. Pusat-pusat yang lebih tinggi berkembang sebagai elaborasi bagian-bagian yang lebih rendah dan lebih primitif. Bagian otak paling primitif yang dimiliki oleh semua spesies yang mempunyai lebih dari sekedar sistem saraf sederhana adalah batang otak. Batang otak mengatur fungsi-fungsi dasar kehidupan seperti bernafas dan metabolisme organ lain, selain mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama.
Otak primitif merupakan serangkaian regulator yang telah diprogram untuk menjaga agar tubuh berfungsi sebagaimana mestinya dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup.
Sejak kurang lebih seratus juta tahun yang lalu, otak mamalia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dari akar yang paling primitif ini, yaitu batang otak, terbentuklah pusat emosi. Kemudian sejumlah lapisan sel-sel otak baru ditambahkan ke atas dua lapisan tipis korteks; bagian yang merencanakan, memahami apa yang diindra, dan mengatur gerakan untuk membentuk neokorteks. Neokorteks menambahkan pada perasaan apa yang kita fikirkan tentang perasaan itu dan memungkinkan kita untuk mempunyai perasaan tentang ide-ide, seni, simbol-simbol, dan khayalan-khayalan.
Fakta bahwa otak berfikir tumbuh dari wilayah otak emosional mengungkapkan banyak hal tentang hubungan antara fikiran dengan perasaan.







2. Akal

Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara fikiran dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata, sedangkan intuisi adalah alat untuk alam tak nyata.
Sebagai contoh, orang yang memahami alam semesta melalui astronomi. Ia tak dapat melakukannya kecuali seara bertahap. Ia harus membekali pengetahuannya dengan matematika, fisika, dan kimia. Lain halnya seseorang yang ememperoleh pengetahuan tentang keindahan sekuntum bunga. Cukup dengan melihat sekilas segera ia dapat mengambil kesimpulan tentang keindahan bunga tersebut. Ia tak perlu mengukur diameter, jumlah kelopak atau menentukan berapa jenis warna yang ada pada bunga tersebut.
Kedudukan akal dalam Islam adalah sangat penting karena akal berperan sebagai wadah yang menampung akidah, syari’ah serta akhlak dan menjelaskannya. Kita tidak pernah dapat memahami Islam tanpa mempergunakan akal. Dan dengan mempergunakan akalnya secara baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah s.w.t., manusia akan selalu merasa terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri pada Allah s.w.t.. Dan dengan mempergunakan akalnya, manusia dapat berbuat, memahami, dan mewujudkan sesuatu. Karena posisinya demikian, dapatlah dipahami kalau dalam ajaran Islam ada ungkapan yang menyatakan: akal adalah kehidupan, hilang akal berarti kematian.
Menurut pengetahuan modern, otak manusia terdiri atas bermilyar-milyar sel yang pada awalnya belum berfungsi. Kemudian antara satu sel dengan sel lainnya tumbuh saraf-saraf yang akan saling berhubungan. Hubungan inilah yang akan memfungsikan otak manusia. Pertumbuhan saraf penghubung sendiri sangat ditentukan oleh rangsangan-rangsangan fikir dan rasa manusia semenjak kecilnya.
Apabila intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah maka kerja akal manusia menjadi sensitif. Oleh karena itu seorang ahli seni dapat menghasilkan karya yang sangat bernilai intelek, dan seorang ahli fisika dapat menemukan hukum-hukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu menghasilkan pengetahuan yang lebih utuh dan menyeluruh.
أَوْآذَانٌيَسْمَعُونَبِهَافَإِنَّهَالَاأَفَلَمْيَسِيرُوافِيالْأَرْضِفَتَكُونَلَهُمْقُلُوبٌيَعْقِلُونَبِهَا
فِيالصُّدُورِالْقُلُوبُالَّتِي تَعْمَىالْأَبْصَارُوَلَكِنتَعْمَى
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar. Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj:46)

Tugas akal ialah mengangan-angankan, memeriksa, memikirkan, dan mengamat-amati. Agama islam menghendaki agar akal bergerak dan melaksanakan tugasnya. Segera bangun dari tidur lelapnya, kemudian mengajak untuk mengadakan perenungan dan berfikir. Hal yang sedemikian ini termasuk inti dalam ibadah kepada Tuhan YME, sesuai dengan perintah Allah dalam surah Saba’ : 46.
Akal merupakan suatu anugrah dari Allah swt kepada manusia yang tak ternilai harganya dan sebagai tempat bergantungnya iman dan keyakinan. Dengan adanya akal, manusia menjadi berkuasa atas yang lainnya di dunia ini. Hal ini sudah logis, tetapi masih banyak sebagian manusia yang tidak menghargai akalnya, seperti dipakai di tempat-tempat terlarang, meminum minuman yang dapat menghilangkan ingatan akal sehingga sikapnya tak ada bedanya dengan hewan.
Akal juga merupakan tempat mengalirnya ilmu pengetahuan, tempat terbit dan terpancarnya kemanfaatan dan kebahagiaan bagi manusia. Dan ilmu yang terbit dari akal laksana sebagai cahaya yang terbit dari matahari.
Tugas akal ialah mengangan-angankan, memeriksa, memikirkan, dan mengamat-amati. Agama islam menghendaki agar akal bergerak dan melaksanakan tugasnya, segera bangun dari tidur lelapnya, kemudian mengajak untuk mengadakan perenungan dan berfikir. Hal yang demikian ini termasuk inti dalam ibadah kepada Tuhan YME sesuai dengan perintah Allah swt dalam surah Saba’:46.
Kekuatan akal yaitu:
1. Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
2. Mengetahui adanya hidup akhirat.
3. Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
4. Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
5. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.

3. Wahyu

Wahyu adalah tuntunan yang diberikan Allah swt. kepada para hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta ini.
Tumbuh-tumbuhan tumbuh bebas dalam ruang, binatang yang mengembangkan jenis baru untuk beradaptasi. Manusia memperoleh penerangan dari makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu wahyu dengan watak yang bermacam-macam tergantung kepada kebutuhan penerima atau kebutuhan spesies, tempat si penerima itu tergolong.
Karakteristik wahyu, sebagai berikut:
1. Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi nabi Muhammad yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu.
2. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus.
3. Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku.
4. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
5. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.
6. Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan.
7. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Kekuatan wahyu yaitu:
1. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
3. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
4. Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
عْرِشُونَ وَمِمَّا الشَّجَرِ وَمِنَ بُيُوتاً الْجِبَالِمِنَاتَّخِذِي أَنِ النَّحْ لِإِلَى رَبُّكَ وَأَوْحَى

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (An-Nahl:68)

Wahyu mencegah pemikiran seseorang dari pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu menjadi sebuah system hidup yang dibangun bukan dengan landasan kepentingan manusiawi.

الْهَوَى عَنِ نطِقُ وَمَا
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.” (an-Najm:3)
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(an-Najm:4)

Imam suyuti berpendapat bahwa hadist-hadist Rasulullah saw. pada dasarnya adalah wahyu juga, tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna. Sedangkan Alquran adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk lafaz.









KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN

1. Penghargaan Terhadap Ilmu

Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi manusia itu sendiri. Manusialah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan.
Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw.


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
قَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ خَلَ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq:1-5)

Ayat yang dimulai dengan perintah untuk membaca ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas itu bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam di sekitarnya. Membaca dalam arti yang luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai fenomena di dalam dan sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.




2. Banyaknya ayat Alquran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman.

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”(Al-Baqarah:44)

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?”(Yaa Siin:68)

3. Allah swt. memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah lagi.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-Akraaf:179)

4. Allah swt. memandang lebih tinggi derajat orang-orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujaadilah:11)

5. Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu.

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Israa:36)

6. Pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu.

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad:19)


شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali-Imran:18)

7. Dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia di muka bumi ini, Allah melihat sisi keilmuannya.

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكاً قَالُوَاْ أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:247)

8. Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. (lih. Taha:114)


2. Perintah Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan ajaran islam. Ilmu menunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan. Ilmu juga diperlukan bagi pembangunan masyarakat karena pemanfaatannya dapat meningkatkan kemampuan produksi dalam berbagai sector kehidupan. Oleh karena itu dalam islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi maupun kelompok.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga.” (HR. Muslim).
“Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim” (Hadis riwayat Ibnu Majah)
3. Model Kewajiban

Seseorang yang telah mencapai usia balig maka wajib baginya untuk mengetahui pokok-pokok ajaran agamanya. Ia wajib untuk memahami makna dua kalimat syahadat: “Asyhadu anlaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah”.
Menurut kondisi, jika waktu shalat datang ia wajib melaksanakan shalat, maka wajib baginya mempelajari ilmu tentang shalat. Jika ramadhan tiba ia wajib menjalankan ibadah puasa, maka wajib baginya mempelajari ilmu tentang puasa, dan lain sebagainya. Kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentingan tiap individu muslim sebagaimana digambarkan di atas disebut dengan fardi ‘ain.

Empat macam ilmu yang termasuk fardu ‘ain, yaitu sebagai berikut:

1. Ilmu mengenai aqidah yaqiniyah (prinsip-prinsip aqidah yang perlu dipercayai).
2. Ilmu yang membuat ibadah seseorang terhadap Tuhannya berjalan dengan bernar sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan.
3. Ilmu yang dengannya jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala fadilat (keutamaan) dikenal untuk kemudian diamalkan.
4. Ilmu yang bias mendisiplinkan tingkah laku dalam hubungan seseorang dengan dirinya atau dengan keluarganya, baik itu penguasa atau rakyat, muslim atau non-muslim.

Ilmu-ilmu yang keberadaannya terkait dengan kepentingan masyarakat muslim dan masyarakat umum termasuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu yang termasuk fardu kifayah terdiri dari ilmu-ilmu yang terkait dengan pendalaman pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu mustalah hadis, ilmu usulfiqh, dsb. Dan juga ilmu yang terkait dengan kebutuhan hidup di dunia seperti ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian, dsb.






PENUTUP

Kesimpulan
Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara fikiran dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata, sedangkan intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Kedudukan akal dalam Islam adalah sangat penting karena akal berperan sebagai wadah yang menampung akidah, syari’ah serta akhlak dan menjelaskannya.
Wahyu adalah tuntunan yang diberikan Allah swt. kepada para hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta ini.
Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw.
2. Banyaknya ayat Alquran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman.
3. Allah swt. memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah lagi.
4. Allah swt. memandang lebih tinggi derajat orang-orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh.
5. Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu.
6. Pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu.
7. Dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia di muka bumi ini, Allah melihat sisi keilmuannya.
8. Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya.






DAFTAR PUSTAKA

Ph.D, H.Muharam marzuki. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama Kelembagaan Agama Islam.
Sabiq, Sayid (Guru besar universitas Al Azhar). 1974. Aqidah Islam. Bandung: cv. Diponegoro Bandung.
Alhamidy, Md.Ali. 1952. Akhlak. Jatinegara.
M.Pd, Drs. Margiono. Et al. 2007. Pendidikan Agama Islam 3. Jakarta:Yudhistira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar